Minggu, 18 Februari 2024

KONSEP DASAR KREATIVITAS DAN INOVASI


A. Kreativitas

Pengertian kreativitas adalah sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru, daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku. (Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) Pada umumnya definisi kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (Person) , proses, produk/ hasil/ product, dan dorongan/ press, seperti yang diungkapkan oleh Rhodes yang menyebut hal ini sebagai "Four P's of Creativity: Person, Process, Press, Product". Keempat P ini saling berkaitan: Pribadi yang kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif dan dengan dukungan dan dorongan (press) dan lingkungan, akan menghasilkan produk kreatif.

Proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif, sebagaimana yang dipaparkan oleh Parnes (dalam Nursito: 2000) sebagai berikut:
  • Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.
  • Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.
  • Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respons yang unik atau luar biasa.
  • Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
  • Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

B. Inovasi

Menurut Luecke (2003:2), inovasi merupakan suatu proses untuk mewujudkan, mengkombinasikan, atau mematangkan suatu pengetahuan/gagasan ide, yang kemudian disesuaikan guna mendapat nilai baru suatu produk, proses, atau jasa. Selain itu, menurut Hardvard’s Theodore Levitt dalam Suryana (2014:43) mengemukakan definisi dari inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.

Menurut Luecke (2003) dalam buku Harvard Business School, terdapat beberapa jenis-jenis inovasi : 2.3.1 Incremental innovation Inovasi yang bertahap adalah inovasi yang dilakukan dengan cara melakukan pengembagan baik dari bentuk terdahulu atau teknologi terdahulunya ke arah yang lebih baik (contoh : Prosesor komputer, dimulai dari Pentium I, II, III, IV, Dual Core, Core). Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan incremental innovation: 
  • Menghindari sindrom “more bells and whistles”. Yang dimaksud adalah menghindari mengeluarkan inovasi sekaligus, karena dalam incremental innovation harus mengeluarkan inovasi secara bertahap agar produk tidak langsung mati karena tidak dapat berinovasi lagi. 
  • Jangan taruh seluruh konsep inovasi di incremental innovation.

C. Perbedaan Kreativitas dan Inovasi

Perbedaan kreatif dan inovatif terletak pada fokusnya.Fokus utama dari proses kreatif adalah memproduksi ide. Sementara, inovasi mempunyai fokus yakni menciptakan sesuatu yang baru. Dengan fokus utamanya yakni memproduksi ide tanpa embel-embel tertentu, hal tersebut membuat upaya kreatif lebih sulit untuk diukur. Sedikit berbeda dengan upaya-upaya inovatif yang fokusnya adalah membuat sesuatu yang baru. Keberadaan predikat ‘baru’ itu membuatnya lebih mudah untuk diukur.

D. Metode Thinking Hats

Metode Six Thinking Hats, yang dikembangkan oleh Edward de Bono, merupakan sebuah pendekatan sistematis untuk pemikiran dan pengambilan keputusan yang mengizinkan individu atau kelompok untuk mempertimbangkan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dengan menggunakan "topi" metaforis, setiap topi mewakili sudut pandang atau jenis pemikiran tertentu. Berikut adalah rinciannya:

  • Topi Putih (Fakta dan Informasi): Pemakai topi putih berkonsentrasi pada fakta dan angka yang ada. Mereka mengidentifikasi informasi yang diperlukan dan mengumpulkan data yang relevan.
  • Topi Merah (Emosi dan Intuisi):Pemakai topi merah berfokus pada perasaan, intuisi, dan reaksi emosional terhadap suatu situasi atau gagasan. Mereka dapat mengungkapkan kekhawatiran, keyakinan, atau insting mereka.
  • Topi Hitam (Kritik dan Kewaspadaan): Pemakai topi hitam bertugas untuk mengidentifikasi risiko, masalah, atau kelemahan dalam ide atau rencana. Mereka mempertimbangkan potensi hambatan dan konsekuensi negatif.
  • Topi Kuning (Manfaat dan Keoptimisan): Pemakai topi kuning mencari peluang, manfaat, dan nilai positif dalam suatu situasi. Mereka mencari solusi, mencari keuntungan, dan berpikir secara optimis.
  • Topi Hijau (Kreativitas dan Alternatif): Pemakai topi hijau berfokus pada ide kreatif, inovatif, dan alternatif. Mereka mengusulkan gagasan baru, menyelidiki opsi alternatif, dan mengembangkan solusi yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
  • Topi Biru (Pemimpin dan Pengelola Proses): Pemakai topi biru mengelola proses pemikiran itu sendiri. Mereka memandu diskusi, menentukan tujuan, dan mengarahkan alur pemikiran. Topi biru juga bertanggung jawab untuk merangkum kesimpulan dan membuat rencana tindak lanjut.

Dengan menggunakan metode ini, sebuah tim atau individu dapat mengalokasikan waktu untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, menghindari bias, dan menghasilkan keputusan yang lebih baik serta kreatif. Metode ini sangat berguna dalam rapat, diskusi kelompok, atau proses pengambilan keputusan.

 


If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It